Kamis, 29 November 2012

Internal Control


Internal Control
Konsep Internal Control telah bergulir sejak tahun 1930-an. Untuk pertama kali, George E. Bennet menyebutkan definisi Internal Control. Namun istilah tersebut baru dinyatakan secara institutional oleh AICPA pada tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal – Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang pesat dengan yang kita kenal 8 (delapan) unsur Pengendalian Internal.
Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai banyak pihak sudah tidak aplicabel lagi. Semakin kompleksnya
Dunia bisnis dan teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control sebagaimana dikembangkan oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA), namun masih mengalami kegagalan.
Pada tahun 1992, The Commitee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission (COSO) menerbitkan laporan yang berjudul “Internal Control-Integrated Framework”. Laporan COSO tersebut memberikan suatu pandangan baru tentang konsep Internal Control yang lebih luas dan terintegrasi serta sesuai dengan perkembangan dunia usaha untuk mencegah terjadinya penyimpangan .Jika pada konsep sebelumnya hanya menekankan pada proses penyusunan laporan keuangan saja, maka konsep COSO memiliki pandangan yang lebih luas yaitu dengan melakukan pengendalian atas perilaku seluruh komponen organisasi. Konsep ini mendapat akseptasi yang luas dari berbagai pihak.
Di Indonesia, perkembangan menarik terjadi dengan terbitnya Undang-undang nomor 1 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2006. Pada ketentuan tersebut, ditetapkan bahwa setiap instansi pemerintah harus mengembangkan Sistem Pengendalian Intern. Penjelasan dan ketentuan lain yang menjabarkan menyebutkan bahwa Sistem Pengendalian Intern terdiri dari 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta monitoring. Hal ini mengandung arti bahwa konsep Internal Control versi COSO diterapkan pada sektor pemerintahan di Indonesia. Sebuah langkah maju dan berani serta menjadi tantangan yang tidak mudah bagi para auditor internal pemerintah. Tulisan ini akan membahas secara umum konsep tersebut.
Definisi Internal Control
Pada tahun 1949, AICPA mendefinisikan Internal Control (IC) sebagai rencana organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan di perusahaan untuk mengamankan aktiva, meyakini keandalan dan akurasi data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan. Definisi ini diinteprestasikan oleh banyak pihak terdiri atas dua kelompok yaitu pengendalian administatif dan pengendalian akuntansi. Pengendalian administratif yang berhubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan sedangkan pengendalian akuntansi terkait dengan penyajian laporan keuangan.
Perluasan atas definisi IC dilakukan oleh AICPA berlaku mulai 1 Januari 1997. Redefinisi ini dipengaruhi oleh Laporan COSO sebagaimana disebutkan sebelumnya (1992). Laporan COSO menyatakan definisi Internal Control sebagai berikut :
“Internal control is broadly defined as a process, effected by an entity’s board of directors, management and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories:
·         Effectiveness and efficiency of operations.
·         Reliability of financial reporting.
·         Compliance with applicable laws and regulations”
Melalui Statement of Auditing Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal Control sama dengan definisi COSO, yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar atas (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berbeda dengan definisi pertama yang hanya mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna yang lebih luas dari definisi sebelumnya.
Sesuai dengan definisi IC menurut COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission), komponen-komponen tersebut mencerminkan adanya perubahan pengertian yang cukup signifikan. IC bukan hanya meliputi komponen-komponen organisasi yang bersifat statis, tetapi meliputi juga hal-hal yang bersifat dinamis. Tidak hanya terkonsentrasi pada penyusunan laporan keuangan saja, namun meliputi juga pencapaian tujuan organisasi. Tidak hanya memperhatikan tingkatan manajerial dan operasional organisasi, namun juga meliputi tingkatan strategis pada organisasi.
Kelima komponen IC di atas memiliki hubungan yang erat satu sama lain. Larry F Konrath (1999) menggambarkan kelima komponen tersebut bagaikan sebuah bangunan rumah dimana Lingkungan Pengendalian menjadi pondasinya. Penilaian risiko, aktivitas pengendalian dan informasi dan komunkasi menjadi pilar-pilarnya. Sedangkan Monitoring menjadi atapnya. Dengan demikian, sebuah IC akan berjalan secara efektif jika kelima unsur tersebut terbangun dengan baik dan beroperasi sesuai proporsinya masing-masing.
Mulyadi : Sistem Pengendalian Internal Meliputi struktur Organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson (sesuai dengan SAS No. 55) : Pengendalian Internal adalah seluruh kebijakan dan prosedur yang diciptakan untuk memberikan jaminan yang masuk akal agar tujuan organisasi (Entity) dapat tercapai.
ELEMEN-ELEMEN
·         Mulyadi :
1. Struktur Organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
2.      Sistem Wewenang dan prosedur pencatatan, yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
3.      Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
4.      Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Efektifitas unsur-unsur Sistem pengendalian tersebut sangat ditentukan oleh Lingkungan Pengendalian (Control Environment) dimana lingkungan pengendalian tersebut memiliki 4 (empat) unsur sebagai berikut :
1.      Filosofi dan gaya operasi
2.      Berfungsinya dewan komisaris dan komite pemeriksaan
3.      Metode Pengendalian Manajemen
4.      Kesadaran pengendalian
·         James R Davis, C Wayne Alderman, & Leonard A Robinson :
1.      Lingkungan Pengendalian (The Control Environment)
Lingkungan Pengendalian adalah efek kolektif dari berbagai factor pada saat pembangunan, penyempurnaan, atau pelemahan efektifnya system akuntansi suatu entitas atau Prosedur Pengendalian (Control Procedures) dan kemampuannya untuk memcapai tujuan tertentu.
Faktor Lingkungan Pengendalian meliputi filosofi manajemen dan gaya operasi, struktur organisasi, fungsi dewan direksi dan komisinya (khususnya audit committee), metode penentuan wewenang dan tanggung jawab, metode pengendalian manajemen, kebiasaan dan kebijaksanaan personelnya, dan pengaruh eksternal lainnya yang mempengaruhi sebuah entitas.
2.      Sistem Akuntansi (The Accounting System)
Sistem akuntansi terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang dibangun untuk mengidentifikasi, membangun, mengklasifkasi, merekam, dan melaporkan transaksi suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas asset dan hutang yang terkait.
Sebuah system akuntansi harus memiliki metode dan catatan yang cukup dan tepat untuk menyelesaikan tujuan sebagai berikut :
·         Mengidentifikasi dan merekam seluruh transaksi yang valid
·         Menggambarkan transaksi dalam basis waktu dan detil yang cukup untuk membolehkan klasifikasi transaksi yang sesuai untuk Laporan Keuangan
·         Mengukur nilai transaksi dalam dalam suatu sikap(gaya/tingkahlaku) yang membolehkan mencatat nilai moneter yang wajar dalam Pernyataan Keuangan.
·         Menentukan periode waktu kapan terjadinya transaksi agar dibolehkannya pencatatan transaksi dalam periode waktu yang sesuai.
·         Menyajikan transaksi secara sesuai dan penyingkapan yang berhubungan dalam pernyataan keuangan.
3.      Prosedur Pengendalian (Control Procedures)
Prosedur Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur tambahan selain Lingkungan Pengendalian dan system akuntasi, yang dibangun manajemen untuk memberikan jaminan yang masuk akal bahwa tujuan khusus sebuah entitas dapat tercapai.
Tujuan khusus tersebut terbagi dalam beberapa kategori sebagai berikut :
·         Pemberian wewenang (Otorisasi) yang sesuai untuk melaksanakan transaksi dan kegiatan
·         Pemisahan Tugas
·         Desain dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
·         Perlindungan yang memadai terhadap akses dan penggunaan asset dan catatan-catatan.
·         Pengecekan independen terhadap performance dan penilaian yang sesuai dengan jumlah yang direkam
·         COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission) :
Pengendalian internal terdiri dari 5 (lima) komponen yang saling berhubungan. Komponen ini didapat dari cara manajemen menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Walaupun komponen-komponen tersebut dapat diterapkan kepada semua entitas, perusahaan yang kecil dan menengah dapat menerapkannya berbeda dengan perusahaan besar. Dalam hal ini pengendalian dapat tidak terlalu formal dan tidak terlalu terstruktur, namun pengendalian internal tetap dapat berjalan dengan efektif.
Adapun 5 (lima) komponen Pengendalian internal tersebut adalah :
1.      Control Environment
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar bagi komponen Pengendalian Internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur. Faktor lingkungan pengendalian termasuk :
·Integritas, nilai etika dan kemampuan orang-orang dalam entitas;
·Filosofi manajemen dan Gaya Operasi;
·Cara Manajemen untuk menentukan wewenang dan tanggung jawab, mengorganisasikan dan mengembangkan orang-orangnya; dan
·Perhatian dan arahan yang diberikan dewan direksi.
2.      Risk Assesment
Seluruh entitas menghadapi berbagai macam resiko dari luar dan dalam yang harus ditaksir. Prasyarat dari Risk Assessment adalah penegakan tujuan, yang terhubung antara tingkatan yang berbeda, dan konsisten secara internal. Risk Assessment adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial terkait dengan perubahan tersebut.

3.      Control Activities
Control Activities adalah kebijakan dan prosedur membantu meyakinkan manajemen bahwa arahannya telah dijalankan. Control Activities membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko sehingga tujuan entitas dapat tercapai. Control Activities terjadi pada seluruh organisasi, pada seluruh level, dan seluruh fungsi. Control activities termasuk berbagai kegiatan yang berbeda-beda, seperti :
·         Penyetujuan (Approvals)
·         Otorisasi (Authorization)
·         Verifikasi (Verifications)
·         Rekonsiliasi (Reconciliations)
·         Review terhadap performa operasi (Reviews of Operating Performance)
·         Keamanan terhadap Aset (Security of Assets)
·         Pemisahan tugas (Segregation of duties)
4.      Information and Communication
Informasi yang bersangkutan harus diidentifikasi, tergambar dan terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal. Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas, mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi. Seluruh personel harus menerima dengan jelas pesan dari manajemen teratas bahwa pengendalian tanggung jawab diambil dengan serius. Para personel harus mengerti peran mereka dalam sistem pengendalian internal, sebagaimana mereka mengerti bahwa kegiatan individu mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Mereka harus memiliki niat untuk mengkomunikasikan informasi yang signifikan kepada atasannya. Selain itu juga dibutuhkan komunikasi efektif dengan pihak eksternal, seperti customer, supplier, regulator, dan Pemegang Saham.
5.      Monitoring
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

Sistem Pengendalian Intern dibagi 2 yaitu:
1.      Pengendalian Akuntansi
Tujuan utama dari pengendalian akuntansi adalah, menjaga keamanan harta kekayaan milik perusahaan dan memeriksa ketepatan dan kebenaran data akuntansi.
2.      Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif memiliki tujuan utama, meningkatkan efisiensi operasi kegiatan dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.
Tujuan Pengendalian Intern
Menurut Anomymous 1 (2007, http://id.wikipedia.org/wiki/ Pengendalian_intern), tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan agar :
1.      Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai
2.      Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya
3.      Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Struktur Pengendalian Intern
Suatu informasi akuntansi memberikan informasi kepada orang-orang yang ada di dalam maupun di luar perusahaan. Para pemakai informasi sangat memeprhatikan kualitas informasi yang dilaporkan melalui kertas maupun yang ditayangkan melalui layar komputer (monitor).
Suatu organisasi menerapkan kebijakan dan prosedur pengendalian (pengendalian intern) dengan maksud untuk memelihara kualitas informasi dan operasi (rangkaian aktivitas) dalam rangka pencapaian tujuan. Pengendalian intern memiliki lima komponen yang membentuk struktur pengendalian intern. Dari lima komponen tersebut, pengendalian lingkungan menjadi dasar yang memayungi ke-empat pengendalian lainnya
Ada lima komponen yang saling terkait dalam struktur pengendalian intern seperti yang dikemukakan oleh Amir Abadi Jusuf dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi” adalah sebagai berikut :
“1.
Lingkungan pengendalian yang berfungsi untuk menetapkan corak suatu organisasi.
  2.
Penaksiran resiko untuk mengidentifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan.
  3.
Aktivitas pengendalian yang merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
  4.
Informasi dan komunikasi untuk pengindentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi.
  5.
Pemantauan sebagai proses untuk menetukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu”.
Uraian diatas menjelaskan bahwa ada lima komponen yang saling terkait dalam struktur pengendalian intern antara lain lingkungan pengendalian, penaksiran resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi dan pemantauan. Kelima komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, apabila perusahaan menginginkan struktur pengendalian intern yang mampu mendukung proses pengambilan keputusan.
Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Dalam suatu perusahaan dimana ruang lingkup pekerjaannya selalu bertambah luas sehingga mengakibatkan semakin kompleknya suatu struktur organisasi. Untuk itu diperlukan adanya suatu struktur pengendalian intern yang dapat membantu manajemen dalam melakukan tugasnya, Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan Pengendalian Intern” adalah  sebagai berikut  :
            “Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu perusahaan untuk     mendapatkan manfaat dari kegiatan perusahaan tersebut.”      
Menurut Mulyadi dalam buku ”Pemeriksaan Akuntansi” definisi struktur pengendalian intern adalah sbb :
”Struktur pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen dan personel lain          yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang             pencapaian tiga golongan tujuan.”
(1998:171)

Menurut George H Bodnar dan William S Hopwood yang diterjemahkan oleh Amir Abadi yusuf dalam bukunya “Sistem informasi akuntansi”, mendefinisikan pengertian struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut :
“Struktur pengendalian intern perusahaan terdiri dari kebijakan dan prosedur-prosedur untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan-tujuan perusahaan dapat tercapai”.
Sedangkan menurut Mulyadi dalam buku ”Pemeriksaan Akuntansi”, definisi struktur pengendalian intern adalah sebagai berikut  :
”Struktur pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan   oleh Dewan Komisaris, manajemen dan personel lain          yang didesain untuk    memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan.”

Dari definisi diatas dapat ditarik beberapa konsep dasar pengendalian intern. yaitu:
1.      Pengendalian Intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.
2.      Pengendalian intern dijalankan oleh seseorang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personel lainnya.
3.      Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai kepada komisaris, dan manajemen.
4.      Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan, yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
5.      Struktur Pengendalian Intern merupakan suatu proses yang dijalankan oleh intern perusahaan untuk mencapai tujuan.

Unsur-unsur Struktur Pengendalian Intern
Agar dapat mencapai tujuan perusahaan, maka diperlukan pengendalian intern yang memadai. Pengendalian intern yang memadai yaitu pengendalian intern yang memenuhi unsur-unsur yang berlaku di perusahaan.
Menurut Mulyadi dalam bukuAuditing” menyebutkan unsur-unsur tersebut terdiri dari lima kategori, yaitu :
1.Lingkungan pengendalian.
2.Penaksiran resiko.
3.Informasi dan komunikasi.
4.Aktivitas pengendalian.
   5.Pemantauan.”
Elemen-elemen pengendalian intern tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1.      Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua unsur pengendalian intern, yang membentuk dan terstruktur.
Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas antara lain:
a.       Integritas dan nilai etika
Efektivitas pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang mendesain dan melaksanakannya. Pengendalian intern yang memadai desainnya, namun dijalankan oleh orang-orang yang tidak menjungjung tinggi integritas dan tidak memiliki etika, akan mengakibatkan tidak terwujudnya tujuan pengendalian intern. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah menjungjung tinggi nilai integritas – suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah menjadi komitmennya.
b.      Komitmen terhadap kompetensi
Untuk mencapai tujuan entitas, personel di setiap tingkat organisasi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlakukan untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, dan paduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.
c.       Dewan komisaris dan komite audit
Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas, jika penunjukan auditor dilakukan oleh manajemen puncak, kebebasan auditor akan dapat berkurang dipandang dari sudut pemegang saham. Hal ini karena manajemen puncak adalah pihak yang seharusnya dinilai kejujuran pertanggungjawaban keuangannya oleh auditor, padahal manajemen puncak menentukan pemilihan auditor yang ditugasi dalam audit atas laporan keuangan yang dipakai untuk pertanggungjawaban keuangan oleh manajemen puncak.
Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi). Dengan demikian, dewan komisaris yang aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen (direksi).
Perusahaan-perusahaan Indonesia yang go public ada yang membentuk komite audit (audit commitee) yang anggotanya seluruh atau terutama terdiri dari pihak luar perusahaan. Pembentukan komite audit ini ditujukan untuk memperkuat independensi auditor yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh manajemen.
d.      Filosofi dan gaya operasi manajemen
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan memeberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:
1.  Apa yang menjadi alasan perusahaan dalam bisnis?
2.  Bagaimana perusahaan melaksanakan bisnis?
3.  Apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan sebagai bisnis perusahaan?
Dalam berbisnis, manajemen yang  memiliki filosofi akan meletakkan kejujuran sebagai dasr bisnisnya. Laporan keuangan perusahaan ini akan digunakan sebagai alat manajemen untuk mencerminkan kejujuran pertanggungjawaban keuangan perusahaan kepada siapa saja yang berhubungan bisnis dengan mereka. Dengan demikian, filosofi ini menjadi warna unik perusahaan dalam melaksanakan bisnis mereka.
Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi entitas harus dilaksanakan. Ada manajer yang memilih gaya operasi yang sangat menekankan pentingnya pelaporan keuangan, penyusunan, dan penggunaan anggaran sebagai alat pengukuran kinerja manajer, dan pencapaian tujuan yang telah dicanangkan dalam anggaran; ada manajer yang tidak demikian. Ada manajemen puncak perusahaan yang memilih gaya operasi yang lebih condong pada pemusatan kekuasaan di tangan beberapa gelintir manajer puncak; ada manajer yang memilih gaya operasi yang condong pada desenteralisasi kekuasaan ke tangan manajemen menengah dan bawah. Manajemen dengan gaya operasi sentralisasi memerlukan alat kontrol yang cendurung berbiaya tinggi.
e.       Struktur organisasi
Organisasi dibentuk oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Orang bergabung dalam suatu organisasi dengan maksud utama untuk mencapai tujuan-tujuan yang tidak dapat dicapainya dengan kemampuan yang dimilikinya sendiri. Struktur memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam tujuan organisasi.
f.       Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian  wewenang yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. Di samping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi. Jika kepada seorang manajer dibebankan wewenang yang terlalu banyak, hal ini akan berakibat timbulnya iklim yang mendorong ketidakberesan dalam pelaksanaan wewenang tersebut.
g.      Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Karyawan merupakan unsur penting dalam setiap pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian intern yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. Pengendalian intern yang baik tidak akan dapat menghasilkan informasi keuangan yang andal jika dilaksanakan oleh karyawan yang tidak kompeten dan tidak jujur.
2.      Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengolahan resiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi di Indonesia. Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah penaksiran resiko yang terkandung dalam asersi tertentu dalam laporan keuangan dan desain serta implementasi aktivitas pengendalian yang ditujukan untuk mengurangi resiko tersebut pada tingkat minimum dengan mempertimbangkan biaya dan manfaat. Penaksiran resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang dapat timbul dari perubahan keaadaan, seperti :
1.      Bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal.
2.      Perubahan standar akuntansi.
3.      Hukum dan peraturan baru.
4.      Perubahan yang berkaitan dengan revisi sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi.
5.      Pertumbuhan Pesat, yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan pelaporan informasi dan personel yang terlibat di dalam fungsi tersebut.
3.      Informasi dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu kesatuan usah serta menyelenggarakan pertanggung jawaban kekayaan dan utang kesatuan usaha tersebut. Mulyadi dalam bukunya yang berjudul ”Auditing” menyebutkan sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa transaksi telah dicatat atau terjadi adalah :
  1. Sah.
  2. Telah diotorisasi.
  3. Telah dicatat.
  4. Telah dinilai secara wajar.
  5. Telah digolongkan secara wajar..
  6. Telah dicacat dalam periode yang seharusnya.
 7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas  dengan benar.
Komunikasi mencakup penyampaian informasi semua kepada personel yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain baik yang berada di dalam maupun diluar organisasi. Komunikasi mencakup pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam kesatuan usaha.
4.      Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petrunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan satuan usaha. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan pemeriksaan atas laporan keuangan dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok. Salah satu cara penggolongan adalah :
1.      Pengendalian pengolahan informasi.
a.  Pengendalian umum.
b.  Pengendalian aplikasi.
(1)  Otorisasi memadai
(2)  Perancangan dan penggunaan dokumen yang memadai.
(3)  Pengecekan secara independen.
2.      Pemisahan fungsi yang memadai.
3.      Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan.
4.      Review atas kinerja.     


5.      Pemantauan.
    Pemantauan atas proses penilaian efektivitas rancangan dan operasional strruktur pengendalian internal secara periodik dan terus menerus yang dilakukan oleh fungsi Internal Auditing untuk melihat apakah telah dilaksanakan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan. Informasi untuk penilaian dan perbaikan dapat berasal dari berbagai sumber meliputi studi atas struktur pengendalian internal, Laporan pemeriksa internal, laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank sentral, umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan.

Tujuan  Struktur Pengendalian Intern
            Suatu Struktur pengendalian Intern bertujuan untuk mendapatkan data yang tepat dan dapat dipercaya serta dapat melindungi perusahaan dengan menekan tingkat pemborosan dan penyimpangan sekecil mungkin, dan dapat meningkatkan efisiensi kerja dari karyawan perusahaan,  sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
            Menurut Mulyadi dalam bukunya ”Auditing” mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses dalam mencapai tujuan sebagai berikut :                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       
”1.    Keandalan pelaporan keuangan.
  2.    Kepatuhan terhadap hukum dan perturan yang berlaku.
  3.    Efektivitas dan efisiensi operasi”.
Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku ”Standar Profesional Akuntan Publik”, definisi sistem Pengendalian Intern adalah sebagai berikut :
”Struktur pengendalian intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan yang terkordinasikan yang dianut dalam suatu perusahaan utnuk melindungi harta miliknya, mencek             kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan         efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen    yang telah digariskan.”

Dari definisi sistem pengendalian intern diatas, maka tujuan sistem pengendalian intern dalam perusahaan adalah :
a.      Melindungi dan mengamankan harta kekayaan milik perusahaan
b.      Memeriksa kecermatan dan menentukan sampai sejauh mana data-data akuntansi dapat dipercaya, yang dapat menambah keyakinan pemimpin bahwa apa yang dilaporkan bawahannya adalah benar dan dapat dipercaya
c.       Meningkatkan efisisensi operasional operasional perusahaan secara umum, hal ini berkaitan dengan masalah pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan.
d.      Mendorong ditaatinya setiap kebijakan perusahaan yang telah digariskan oleh pimpinan.
Berdasarkan tujuannya Pengendalian dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :
1.      Pengendalian Administrasi (Administrative Control)
      Pengendalian administrative meliputi organisasi, semua prosedur dan     catatan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan yang mengarah pada otorisasi manajemen atas suatu transaksi. Otorisasi semacam itu adalah fungsi manajemen yang secara langsung berhubungan dengan pertanggung jawaban untuk mencapai tujuan organisasi dan itu merupakan titik pangkal dari penyelenggaraan pengendalian akuntansi terhadap transaksi.
2.      Pengendalian Akuntansi (Accounting Control)
Pengendalian akuntansi meliputi organisasi, semua prosedur dan catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan serta dapat dipercayainya catatan keuangan. Oleh karena itu, pengendalian ini harus disusun sedemikian rupa, sehingga memberikan jaminan yang memadai bahwa :
  1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi manajemen, baik yang bersifat umum maupun khusus.
  2. Transaksi-transaksi dibukukan sedemikian rupa, sehingga :
1.      Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia atau kriteria lain yang berlaku bagi laporan keuangan.
2.      Menekankan pertanggung jawaban atas harta perusahaan
  1. Setiap kegiatan yang berkenaan dengan aktiva hanya diperkenankan apabila sesuai dengan otorisasi manajemen.
  2. Pertanggung jawaban pencatatan akuntansi aktiva dibandingkan dengan aktiva yang ada dalam selang waktu yang wajar dan bila ada selisih diambil tindakan penyelesaian yang tepat.
Pengedalian sistem informasi ini bertujuan untuk memeberikan keyakinan bahwa:
­  Data yang dimasukan telah sah (valid)
      Maksud dari pengendalian ini adalah untuk memberikan keyakinan bahwa semua data yang dimasukan (di_input) kedalam sistem informasi telah disetujui dan mencerminkan kejadian atau obyek sesungguhnya.
­  Data yang dimasukan telah lengkap
      Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua data yang sah telah dimasukkan kedalam sistem informasi akuntansi
­  Data yang dimasukan telah akurat
      Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua peristiwa telah didokumentasikan dengan akurat dan telah dimasukkan kedalam sistem informasi akuntansi dengan akurat pula.
­  Data yang dimasukan telah di update dengan lengkap
      Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua peristiwa yang terjadi dan perubahannya telah dimasukan kedalam komputer yang ditunjukkan oleh data file master yang menunjukkan keadaan terkini.
­  Data telah di update dengan akurat
      Maksud dari pengendalian ini adalah untuk meyakinkan bahwa semua data file master telah diperbaharui sehingga telah sesuai dengan data transaksi yang dimasukkan kedalam komputernya.

Dalam Pemenuhan Terwujudnya Pengendalian internal ( IC ) agar dapat terpenuhi dapat melaksanakan tiga fungsi penting yaitu :
·         Pengendalian untuk pencegahan,mencegah timbulnya suatu masalah sebelum mereka muncul
·         Pengendalian untuk pemeriksaan, dibutuhkan untuk mengungkap masalah begitu masalah tersebut muncul
·         Pengendalian untuk korektif, memecahkan masalah yang ditemukan oleh pengendalian untuk pemeriksaan
Jika dalam pelaksanaan tiga fungsi penting tersebut berjalan dengan optimal, maka kemungkinan pengendalian internal dalam suatu organisasi akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan


MAKALAH
PEMENUHAN TERWUJUDNYA INTERNAL CONTROL ( IC )
                                                KONSEP SIA                  






                          



Nama:         Kreshna Mukti W
NPM:          21209780
Kelas:         4EB16

UNIVERSITAS GUNADARMA

0 komentar:

Posting Komentar